cerpen simple anak smk



Ketika Aku Tiada
Karya : Arsyiatun Jebeng

            Penyesalan, hampir semua orang pernah merasakannya. Rasa kecewa, bahagia semua itu pernah aku alami. Dosa yang pernah aku lakukan, sangat aku sesali. Di zaman yang sudah modern ini membuatku sedikit lalai dengan aturan yang telah dibuat Allah swt. Aku telah membuat melakukan dosa yang sangat dibenci oleh Allah. Rasa takut srta bersalah terus-menerus mengahantuiku. Aku tak tahu mengapa semua harus aku lakukan. Tuhan memang Maha Penyayang. Atas semua dosa yang pernah aku lakukan, aku telah diberi peringatan untuk selalu di jalan yang benar dan mengingantkanku nahwa hidup di dunia hanya satu kali.
            Namaku Alesyia Gilbert. Aku biasa dipanggil Aley,Syia, dan kadang ada juga yang memanggilku Alay. Aku tinggal di sebuah Perumahan di Kota Denpasar. Ya, aku merupkan blasteran antara Jawa dengan Bali. Ibuku berasal dari Jawa dan memeluk agama Isalm, sedangkan ayahku berasal dari Bali dan berkeyakinan memeluk agama Hindhu. Karena orang tuaku berbeda agama, hingga kelas tiga SD aku beragama Hindhu. Namun sejak kelas empat SD higga saat ini aku sudah memeluk agama Islam.
            Aku mempunyai postur tubuh yang sedikit berbeda dengan manusia lain pada umumnya. Aku mempunyai postur tubuh yang sangat mungil. Tubuh mungil, kulit putih,serta ukuran tubuh yang kurus membuatku sering menjadi bahan candaan teman sekelasku. Anugerah tuhan yang diberikan kepadaku menjadikan aku punya nama panggilan baru, Chicil. Chicil (China Bocil) itulah nama panggilan yang biasa diucapkan oleh teman-temanku.
            SMA N Bintang, itulah tempat bagiku menimba ilmu,salah satu sekolah favorit di kota ku. Sekarang aku duduk di kelas XI jurusan IPS, tepatnya di kelas XI IPS 1. Meskipun aku sekolah di SMK favorit, bukan berarti aku adalah orang yang paling pintar di sekolahan. Aku hanya seorang siswi dengan tingkat kecerdasan yang tidak terlalu tinggi. Selain aku bukan siswa terpintar, aku juga bukan siswa popouler yang dikenal satu sekolahan. Banyak dari mereka yang mengenaliku hanya tahu karena fisik ku yaiutu “Chicil”. Aku beruntung bisa duduk dengan salah satu siswa terpintar di kelas kami.
            Hari Senin adalah hari yang paling meyeramkan bagiku. Hal ini dikarenakan pada hari Senin masuk pukul 07.00 dan pulang sekolah pukul 16.00, ditambah ada mata pelajaran  yang paling kubenci. Hampir setiap hari Senin aku harus bersikap layaknya TNI selama 2 jam 40 menit. Apabila kami lengah sedikit, kami harus menjadi patung hias di sudut ruang kelas atau mejadi atlet lari 1000 m. Mata pelajaran Elektro yang seharusnya lebih sering praktik namun tidak pada Bu Sevi. Jam pertama digunakan untuk mencatat materi, jam kedua digunajan untuk Evaluasi harian, jam ketiga digunkan untuk membahasa soal. Dan pada jam terakhir pasti digunakan untuk menguji mental kami. Mungkin, untuk sebagian orang beranggapan bahwa, diuji mentalnya adalah hal yang baik, wajar, dan perlu di lakukan setiap hari. Namun tidak bagiku, menurutku uji mental yang dilakukan oleh Bu Sevi memang dibutuhkan. Tetapi kalau diuji mental setiapa hari, pasti hanya akan masuk telingan kanan dan keluar telinga kiri.
“Sekarang jamnya siapa?” tanya seorang guru perempuan yang muncul dari pintu.
“Jamnya Bu Sevi.” Jawab siswa satu kelas.
            Tanpa basa-basi guru perempuan yang bertanya itu langsung mesuk dan memberi salam. Setelah dijelaskan, ternyata guru permpaun itu adalah guru elektro yang menggantikan Bu Sevi.Bu Ermy, itulah nama panggilannya.
“Anak-anak pertemuan terakhir dengan Bu Sevi apakah ada  PR?” tanya Bu Ermy
“Ada Bu, soalnya ada 3 “ jawab kami.
“Semua sudah selesai? Atau ada yang belum mengerjakan?” tanya Bu Ermy
            Rasa percaya diriku sagat tinggi saat aku angkat tangan kananku. Aku lihat kanan, kiri, belakan,dan depanku, semua tangan mereka tidak ada yang diangkat. Melihat kelakuanku ekspresi Bu Ermy berubah,bagaikan gunung berapi yang 5 detik lagi akan meletus.Akibatnya, hari ini aku menjadi tersangka dengan kasus tidak menyelesaikan PR Elektro. Aku dijatuhi hukuman mengerjakan PR tersebut di papan tulis.
            Dengan penuh semangat aku mengerjakan PR terebut. Dalam waktu kurang dari 10 menit aku sudah mampu menyelesaikannya. Setelah selesai mengerjakan, aku sempat mendapat pujian dari Bu Ermy karena aku mampu mengerjakan soal terebut dengan cepat dan benar. Walaupun begitu aku tetap menjadi tersangka atas kasus yang tidak mengerjakan PR elektro.
"""
“Teng...teng...teng....” Suara bel berakhirnya jam pelajaran hari ini terdengar.
            Tempat parkir menjadi salah satu tempat favorit bagi siswa.Begitu pun denganku, karena tempat parkir telah menjaga sepedaku dari panasnya terik matahari dan dinginnya ar hujan. Dengan keadaan sepeda yang baik, aku dapat pulang ke rumah dengan selamat.
“Alhamdulillah udah pulang,kaya setahun aja ini hari.” Keluhku
"""
            Tepat pada pukul 16.20 aku sudah berada di ruangan bercat biru. Di ruangan inilah aku melepaskan penatku, melampiaskan suka dan dukaku. Setelah aku mengganti pakaianku, aku langsung berbaring di atas ranjang.
“Drrr...drrr...drrr...” bunyi darihandphone ku tanda ada pesan masuk.
            Langsung kuraih Handphone ku yang berada di meja belajar, dan ku buka aplikasi whatsapp . Mataku langsung tertuju pada pengirim tanpa identitas. Karena penasaran aku langsung buka picture profile nya. Melihat fotonya pengirim tersebut, otak kecilku mengingatkan pada seseorang yang pernah kulihat.Ingatan otak ku tak berhasil menebak siapa pengirim pesan itu. Rasa penasaran yang sudah memuncak menuntutku harus membalas pengirim tanpa identitas tersebut. Hanya selang beberapa menit si pegirim membalas jawaban pesanku.
“Haaaah” teriaku dengan nada kaget.
“Ada apa Aley?” tanya ibuku dari luar kamar.
gak ada apa-apa Bu.” Jawabku.
            Aku menjadi tersenyum sendiri setelah melihat beberapa foto yang dikirimkan oleh pengirim. Ketampanannya membuat aku melongo setiap kali melihatnya. Ternyata pengirim itu adalah Edwar Khan, saudara tetanggaku yang baru saja pindah 1 bulan yang lalu. Sebelum pindah ke lingkungan rumahku, dia memang seringdatang ke rumsh Dera,saudarnya. Karena baru sekali bertemu, aku sempat ingin berkenalan dengannya. Tapi apalah daya seorang perempuan.
“Aaaaaaaa....tidak. oh my gad.” teriaku seakan tak percaya.
“Edwar, bukannya kamu yang facebooknya ‘Edwar Khan’ “ tanyaku.
“Ya Aley. Memangnya kenapa?” jawab Edwar.
Gak apa-apa” jawabku singkat.
"""
“Drrr...drrr...drrr...”  suara alarm berdering.
            Kebisingan suara alarm terus mengiang-ngiang di telingaku. Suara deering itu membuatku harus mengakhiri bunga tidurku malam pagi ini. Ku raih jam alarm itu dan ku lihat alarm yang terus berbunyi itu.
“Astaghfirullah, jam 06.15. Mampus nih.” Keluhku sambil mempersiapkan segalanya.
            Setelah selesai bersiap , aku langsung keluar kamar. Ku dapati Ayah dan Ibuku yang sedang berada di Teras.
“Ibu, kenapa gak  bangunin aku sih? Jadi telat kaya gini .”  Tanyaku dengan nada kesal.
“Assalamualaikum wr. Wb “ Ku cium tangan kedua orang tuaku dengan gugup dan sedikit kesal.
“Waalaikumsalam.” jawab kedua orang tuaku.
"""
            Betapa bersyukurnya aku, pukul 06.48 aku sudah berada di ruang 13. Ruang yang letaknya berada di paling belakang dan berada di lantai dua. Kelasku memang terkenal sangat rami dan berisik. Namun aku tidak peduli dengan semua itu karena yang berisik anak itu terus, dan memang susah di peringatkan. Walaupun yang berisik hanya anak itu saja, tetapi kami satu kelas harus menyandang gelar kelas terberisik.
            Kegiatan sekolah hari ini mulus seperti jalan tol. Semua guru yang masuk di kelas hanya story telling , dan ada yang mencatat materi di papan tulis. Pokoknya hari ini santai banget, tanpa ada tugas, tanpa ada yang ng-gas.
“Tet...tet...tet...” Suara bel pulang berbunyi.
             Dengan semangat 45 aku datangi ruang parkir yang jaraknya tidakterlalu jauh dari ruang kelasku.Langsung deh aku belai sepedaku,aku naiki punggungnya.Tiba-tiba aku merasakan ada keganjalan setelah menaiki sepeda.Entah ada apa yang sebenarnya terjadi ,tapi beban yang harus ku bawa menjadi semakin berat.
            “Ah. Ya udahlah kayuh aja sepedanya.” batinku
            Aku naiki sepedaku, tapi yang aku rasa adalah bebannya jadi makin berat. Padahal yang aku bawa hari ini hanya 5 buku.Berat badanku juga nggak berat banget, nggak sampai 40 kg.Karena takut, aku langsung tengok belakangku, dan ternyata tak ada 1 manusia yang aku temui.
“Lari...............” teriakku
            Tak jauh dari tempat parkir, tiba-tiba terdebgar suara yang sangat asing bagiku.
“Leya” suara yang terdengar merdu memanggilku.
            Rasa takut yang masih mencampur adukan hatiku membuatku tak menghiraukan suara itu.
“Leya,ban sepedamu bocor” suara asing itu kembali ku dengar.
“Oh ya bocor. Tapi ngomong-ngomong aku bukan Leya, tapi aku Aley.” Jawabku sambil sedikit ngotot.
            Suara yang kukira suara makhlus halus yang tahu ban ku bocor itu .ternyata adalah suara Faldi. Faldi adalah anak kelas XI yang dulu pernah ku sukai. Tapi karena aku tidak pernah mendekatinya jadi hanya bisa ku pendam.
“ Leya, eh salah. Aley, kamu sekrang pulangnya naik apa? Kan ban sepedamu bocor”tanya Faldi
“Iya nih, aku bingung. Jalan terakhirnya ay jalan kaki.” jawabku
“Kamu sama aku aja, nanti aku anterin kamu sampai depan rumah. Sekarang sepadamu taruh di bengkel samping sekolah aja.” saran Faldi.
“Emang gak  ada yang marah, kalau ada yang tahu kamu nganterin aku?” tanyaku pada Faldi.
“Ya ampun. Memangnya siapa yang mau marah?” jawab Faldi.
            Karena Faldi terlihat sangat ,meyakinkan dan aku lagi malas jalan kaki, jadi aku menerima tawaran Faldi. Aku bawa sepeda tercintaku yang lagi ngambek (bannya bocor) ke bengkel samping sekolah.Kemudian aku di bonceng Faldi pulang ke rumah dengan sepeda motorya.
"""
“Mampir dulu Le” ajak Ibuku pada Faldi
“Terima kasih Tante.Takut di cariin Ibu, pulang dulu Tante” jawab Faldi
            Faldi kemudian memutar sepeda motornya menuju jalan rumahnya. Dengan segera Faldi mengemudi sepeda motornya menuju rumah.
Thanks Faldi” ucapku pada Faldi
            Seperti yang setiap hari aku lakukan, hal pertama yang aku lakuakan adala melepas seragam sekolah. Setelah itu aku lepaskan penatku dengan berbaring di atas ranjang dengan tangan memegang handphone. Tiba-tiba Ibu datang dari balik pintu membawa 1 gela steh hangat dengan beberapa potong roti. Entah apa yang terjadi, Ibuku langsung menginterogasiku. Langsung menanyakan sipa itu Faldi, rumahnya dimana, Faldi itu anaknya siapa. Pertanyaan yang diajukan oleh Ibu sudah seperti seorang Reporter. Karena aku masih lelah, semua pertanyaan yang diajukan oleh Ibuku hanya ku jawab dengan singkat, dan jelas.
“Bu. Faldi itu temenku. Cuma temen biasa . Faldi itu Cuma kasian sama aku aja, kan tadi ban sepedaku bocor.” Jawabku
            Mendengar jawabanku, ibuku terlihat sedikit kecewa. Ibuku langsung keluar kamar,dan aku yang sedang ingin sendiri langsung mengunci pintu
“Drrr...drrr...drrr...”dering Hpku berbunyi
\           Dengan sigap tanganku langsung meraih sumber bunyi itu. Langsung ku baca pesan itu, dan itu ternyata dari Edwar.
“Mampus nih aku. Tahu dari mana dia?” batinku
            Membaca pesan itu, mendadak badanku langsung panas dingin. Aku bingung harus jawab apa. Karena gugup, aku membalas pesan dengan tulisan yang tertata.
“Aley, nanti aku ke Mushala yang  di dekat rumah Dera.aku harap kamu nanti solat maghrib jamaah di mushala. Ada yang penegn aku omongin ke kamu.”
            Itulah pesan singkat yang dikirimkan terakhir  sebelum aku berangjat ke mushala. Karena aku penasaran dengan apa yang ingin di katakan oleh Edwar, aku langsung mandi dan berangkat ke mushala.
"""
            Usai melaksanakan solat maghrib jamaah , aku langsung pergi ke sebuah gubug yang letaknya tidak terlalu jauh dari mushala. Susana hening ditambah suara jangkrik di gubug itu membuatku tertarik untuk berdiam diri, sekedar untuk bercerita pada angin yang berhembus. Dengan hanya beratapkan daun kelapa kering yang sudah ditata diterangi oleh sinar sang rembulan, gubuk menjadi rumah ketiga bagiku setelah rumah, dan sekolah.
“Tap..tap...tap...” terdengar langkah seseorang yangb hendah mendekati gubuk.
“Siapa?” tanyaku.
“Edwar. Aku Edwar,Aley.” Jawabnya.
            Karena cahaya yang ada hanyalah  sinar sang rembulan, aku hanya bisa melihat sosok laki-laki dengan postur yang tinggi. Walaupun aku tidak bisa melihat wajahnya, namuna ku masih mengenali suara Edwar. Kemudian aku menanyakan , ada masalah apa , mengapa aku di suruh dateng ke Mushala, dan Edwar hanya menjawab dengan singkat.
“Tadi sore kamu pulang sama siapa” tanya Edwar memotong pembicaraanku.
            Mendengar pertanyaan Edwar, aku hanya tertawa.Baru sekarang aku sadar, ternyata dia menyuruhku ke  Mushala hanya untuk memastikan dengan siapa aku pulang sore tadi.
“Kamu loh ya, ditanya serius malah cuma diketawain.”
“Edwar, tadi sore aku pulang sama Faldi. Faldi itu temen sekoalhku, tapi beda kelas. Waktu aku pulang tiba-tiba ban sepedaku bocor, terus dia nawarin mau bonceng gak. Ya udah, aku iyain aja.” Jawabku
            Mendengar penjelasanku, Edwar terlihat mengangguk tanda sudah paham. Karena sama-sama tidak ada yang membawa HP, akhirnya kami bermain cubit-cubitan.
”Kertas, batu, gun...ting”
“Ya kena aku lagi.”keluh Edwar
“Yes, kamu. Mendingan kamu aja lah yang kena. Hahaha jawabku sambil tertawa
Dari awal bermain Edwar sudah 7 kali kena cubitanku, dan kurang beruntungnya untuk yang ke8 kalinya aku yang kena cubitan Edwar.
“Hahaha...sekarang gantian kamu Ley.”
            Karena aku takut Edwar akan mencubitku dengan semua tenaganya, aku pejamkan mata. Kurasakan tiba-tiba ada yang meraih tanganku. Tanganku diraih oleh Edwar dan aku disuruh buka mata
Oh my God” batinku
            Kudapati Edwar yang sedang memegang tanganku. Tatapan mata Edwar yang tepat jatuh di hadapanku membuatku bisu dan tak bisa bergerak.Karena aku sangat gugup, malu, dan bingung ku tundukan kepala. Tangan kanan Edwar menyentuh daguku, dan mengangkatnya.
“Aley, Kamu kenapa? Kok tangan kamu dingin  trus kepala kamu ditundukin.” Tanya Edwar
“Gak papa kok” jawabku lirih
“Aley, kamu jangan kaya gini dong. Aku kan jadi bingung. Aley, coba tatap mataku. Dari awal pertama ketemu kamu aku udah jatuh cinta pada pandangan pertama. Aku nggak bohong Ley. Kalo kamu gak percaya tatap mataku Ley.
            Sikapa Edwar yang tak pernah ku duga sebelumnya, menambah jantungku  berdetak sangat kencang.Seluruh badanku terasa panas,dan tanganku sangat terasa dingin.Aku tidak tahu harus menjawab apa, karena aku belum pernah dikejutkan dengan peristiwa seperti ini.
“Aley, tangan kamu kok jadi dingin banget?” tanya edwar sambil memegang keningku.
”Kamu sakit ya? Sakit apa, cerita dong?’
            Kepalaku langsung memberi jawaban gelengan.Karena terlalu bingung dan bahagia aku sampai tidak bisa berkata-kata.
“kamu kenapa sih diem,kamu sakit ya?” tanya edwar
“aku deg-degan War” jawabku singkat
            Edwar tersenyum kecil mendengar jawabanku yang sangat singkat namun penuh makna.
“Aley, kamu tau nggak kenapa aku bisa suka kamu?” tanya edwar
“Mana aku tahu?” jawabku dengan kepala yang masih tetunduk
            Tiba-tiba pipiku tersenyuh oleh dua telapak tangan halus.Dengan penuh perasaan sayang perlahan tangan itu mengangkat sedikit wajahku.Wajahku berada persis di depan wajah Edwar.
“Aley, aku suka kamu itu karena akau melihat wajah ayumu itu, dan sekarang kamu nunduk terus ,bagaimana aku bisa melihat setiap pesona wajahmu itu?” rayu Edwar
“Kamu jangan kaya gitu dong, aku kan jadi malu.” jawabku
“Aley,kamu jujur ya. Kamu mau nggak jadi orang yang bisa selalu dekat denganku, mau menjalani hari-hari bersamaku.”
            Mendenar pertanyaan Edwar, mulutku langsung terkunci rapat. Jantungku berdetak kancang, tetapi hatiku sangat ingin berucap.
“Edwar, a...ku mau.’ Jawabku terbata-bata.
"""
“Aley, makan dulu, ibu masakin ayam kecap.” Tawar ibu yang sedang duduk di meja makan
“Iya bu” jawabku sambil mendekat.
“Tadi kamu ke mushola kok tumben lama banget,ada acara apa ?” tanya ibu
“Acara tobat bu “ jawabku dengan tertawa.
            Setelah makan malam selesai, aku langsung masuk kamar. Untuk menghindari hukuman dari guru, langsung ku buka buku yang dijadwalkan besok. Ku pahami setiap kalimat demi kalimat yang ku baca. Kemudian, untuk mengevaluasi kemampuan mangingat semua ilmu yang ku terima, aku kerjakan soal-soal latihan yang sudah disediakan dalam buku tersebut.Rasa kenyang yang perlahan menghantuiku membuat rasa ngantukku tiba-tiba tumbuh dan aku mulai tak sadarkan diri, dan terlelap.
"""
“Aley,Aley, bangun,Aley, udah pagi.”
            Terdengar suara yang sudah sangat tidak asinglagi bagiku, dialah ibuku .Terlihat senyuman manis dari Malaikat duniaku sedang tersenyum.
“Eh ibu, udah pagi ya.”
            Aku mulai tersadarkan diri,dan ibu meninggalkanku menuju dapur.Tak lama kemudian aku mendengar suara adzan yang berkumandang sangat indah. Mendengar suara adzan, kaki kecilku mengajaku untuk bersuci dangan wudhu, untuk melaksanakan solat subuh.
            Tidak membutuhkan waktu yang lama aku sudah aku sudah menyelesaikan panggialan Allah swt. Dengan langkah yang sedikit tergesa-gesa mulai kupersiapkan segala sesuatu yang di butuhkan dalam proses di sekolah nanti.
“Ibu, Ayah, hari ini aku mau belajar di sekolah, doakan agar dalam menerima ilmu nanti aku biasa menerimanya dengan baik.”
“Aley anak Ibu. Ibu akan selalu mendoakan anak ibu untuk yang terbaik.” Doa ibu sambil mengecup keningku
“Terima kasih Ayah, Ibu. Aley berangkat dulu,Assalamualaikum.”pamitku.
            Entah apa yang aku rasakan, kaki ku merasa sangat berat melangkah. Meskipun berat untuk melangkah, namun semangat belajarku tidak pernah pudar. Sepeda mini warna biru ku, perlahan m'ulai ku ayuh.
“Ibuuuu.....A,,,yah.”
            Aku bertterisk sekencang-kencangnya. Aku merasa bahwa tulang-tulang badanku mulai terasa patah, darah segar bercucuran deras dari dalm tubuhku. Terasa sangat berat bagiku untuk menghirup oksigen. Seketika itu mulutku langsung terkunci,sehingga aku tak bisa berkata-kata lagi.
“Bapak-bapak,Ibu-ibu Aley anak Bu Sinta tertabrak sepeda motor. “teriak salah seorang warga
“Aley, anaku......Jangan tinggalkan Ibu nak.”
Teriakan Ibuku yang sempat masuk ke telingaku terdengar sangat keras. Setelah itu aku melihat sosok  yang wajahnya tidak terlihat karena dpenuhi dengancahaya yang sangat silau. Ku lafalkan dua kalimat syahadat.Terasa begitu jelas, setelah aku melafalkan kalimat syahadat. Tiba-tiba aku berada pada suatu tempat yang sama sekali aku kenali bahkan belum pernah aku lihat. Entah tempat apa ini, dimana letaknya, atau alamatnya dimana aku tak mengetahuimya sama sekali.Yang aku dapati adalah dua sosok yang sangat silau, karena wajahnya dipenuhi oleh nur.
“Aleysia Gilbert, siapa nama tuhanmu?” tanya salah satu sosok tersebut.
“Allah swt.” Jawab mulutku
            Sempat aku mersa sangat khawatir dan takut. Aku sangat takut apabila aku sampai salah menjawab, atau aku tidak tahu sampai seklai jawabannya, akarena aku berada di atas bara api dan berada di tempat yang sangat indah.
“Apakah kamu pernah bersentuh kulit dengan laki-laki bukan mahram kamu?” tanyanya.
Pipiku dengan cepat menjawab,” Pernah. Hamba pernah disentuh oleh laki-laki yang bukan mahramnya.”
            Menghadapi hal ini, aku merasa sangat ketakutan. Sosok yang semula wajahnya bersinar sekarang sinarnya menjadi padam. Badanku mulai terasa sangat dingin dan 2 sosok itu terus mendekat, semakin dekat, mendekat dan sangat dekat.
“Drrr...drrr...drrr...” suara alarm terdengar.
            Dering suara alarm itu telah membuatku terbangun dari mimpi malam ini. Kurasakan badanku penuh dengan keringat yang sangat banyak. Nafasku yang terengah-engah masih sulit untuk distabilkan. Untuk mengurangi rasa takutku, aku pergi ke dapur untuk minum air putih. Saat ku buka pintu, ku dapati ayah dan ibuku sedang berdiri dengan ekspresi khawatir.
“Aley sayang, kamu semalaman teriak-teriak kenapa?” tanya ayahku
“Memangnya Aley, teriak apa Yah?” tanyaku pada Ayah
            Mendengar pertanyaanku, ayah langsung pergi bgitu saja, begitu pun dengan ibu. Melihat sikap ayah dan ibu, langsung ku menuju dapu untuk minum. Setelah sedikit lega, tak ku lupakan untuk menunaikan perintah Tuhan.
"""
“Aley, Ibu minta tolong nak” seru Ibuku
“Minta tolong apa bu?’ jawabku
“Tolong belikan satu kilo telor di warung Bu Sumi”
            Dengan segera  aku menuju warung Bu Sumi, melaksanakan tugas dari ibu.
"""
            Sepulang dari warung Bu Sumi, aku berpapasan dengan Edwar. Edwar yang saat  itu masih menggunakan pakaian olahraga , langsung mendekatiku.
“Hay, Aley sayang” spa Edwar
“Hai” jawabku
“Kamu abis dari mana sih Ley,”tanya Edwar
“Dari warung Bu Sumi nbeli telor. Oh ya. Edwar aku pengen ngomong sesuatu sama kamu.”pintaku
“Mau ngomong apa sih sayang?”
“Aku nau putus sama kamu” jawabku singkat.
            Mendengar ucapanku, Edwar mendadak berhenti dan menatapku dengan penuh kecewa. Edwar menanyakan kepadaku alasan apa yang menyebabkan aku harus memutuskan hubungan dengannya. Dengan pengertian , aku menjelaskan secara detail apa alasanku. Terlihat sangat jelas dari wajah Edwar muncul kemarahan dan kekecewaan.
“Maaf Edwar, aku gak bisa lanjutin hubungan ini. Aku takut dengan mimpiku itu.” pintaku pada Edwar .
            Setelah ku katakan semua pada Edwar, sambil terisak aku berlari pulang. Sesampainya di rumah aku langsung berlari ke kamar tdurku. Ku raih sebuah buku yang isinya adalah semua isi hatiku. Semua lika-liku kehidupanku aku ceritakan di buku itu.
            Di hari ini aku berjanji pada Tuhanku, akan berusaha dengan sekuat tenagaku untuk selalu di jalanMu.
                        Dear Diary
               Tuhan. Dosa yang telah bersimpuh di dalam tubuhku, aku tak bisa lagi menghitungnya. Aku sangat menyesal telah melakukan hal yang telah kau larang. Aku telah disentuh oleh laki-laki lain bukan mahramku.
               Pipi yabg Kau ciptakan sedemikian rupa tak bisa aku jaga dengan sebaik-baiknya. Aku telah berdosa pada-Mu, pada orang tuaku, pada bangsaku, dan juga pada agamaku, Aku sangat berterima kasih pada-Mu Tuhan, telah memberiku peringatan. Kau ysng telah nenciptakanku, yabg telah memberiku idup, dan terimakasih kau telah memberiku peringatan.
               Ku berharap padaMu Tuahn, kau beri aku peringatan ketika aku berada jauh dari jalanMu. Ayah , Ibu aku sangat sayang padaMu.

 By :Arsyiatun Jebeng

""END""

Komentar

Postingan populer dari blog ini